Cerpen "Dongeng Gadis Pemimpi"

17.39

Dongeng Gadis Pemimpi
Oleh: P. Sandra D.

Namanya Leyra Amartha. Nama indah pemberian ayah dan ibunya. Tahun ini Leyra genap berusia 16 tahun. Kata orang-orang, ia memiliki wajah bulat yang manis, dengan bola mata coklat, dan rambut hitam yang indah. Sayangnya, ia tidak pernah memiliki kesempatan berdiri di depan cermin, menikmati cantiknya maha karya Tuhan terhadap dirinya.
Leyra, tidak seperti kebanyakan anak perempuan lain. Anak-anak seusianya menghabiskan waktu untuk belajar, bersantai, berkumpul dengan teman-teman, dan mengadu rasa dengan lawan jenis. Sedang ia, hanya anak perempuan biasa yang menghabiskan waktu berbaring di atas tempat tidur.
Kira-kira tiga tahun yang lalu, ia terjatuh di sekolah dan tidak sadarkan diri. Leyra dilarikan ke RS terdekat. Dan setelah keluar dari sana, tubuhnya malah harus berbaring di atas tempat tidur, lumpuh, dengan rambut yang mulai menipis kian hari. Entah penyakit apa yang ia derita. Ayah dan ibu sepertinya enggan bercerita.
Setiap hari, kala ia membuka mata, hanya langit-langit ruangan kamar itu dan cahaya matahari yang menerobos masuk dari jendela, yang menyambutnya. Apa boleh dikata, Leyra digariskan hidup dalam keluarga yang sederhana. Sangat sederhana. Setiap pagi, sekitar pukul empat, ibu pergi ke pasar berdagang sayur-sayuran, sedang ayah pergi menyupir mobil angkutan umum. Kakaknya, tidak begitu peduli. Ia sibuk dengan kuliahnya. Sedangkan kedua adiknya yang lain, sibuk dengan sekolah, teman-teman, dan mainan mereka.
Kesunyian telah menjadi teman akrab baginya. Namun, ada satu hal yang selalu membuat ia bersemangat. Setidaknya semangat itu dapat menyapu rasa kesendirian dalam dirinya. Hal itu adalah, malam. Ya, Leyra sangat menyukai malam. Bukan karena gelap yang membanjiri langit. Bukan karena paduan suara para serangga malam. Bukan pula karena indahnya bulan dan bintang yang menghiasi langit, kata orang-orang. Tapi, karena malam adalah waktunya untuk tidur. Entah kenapa, tidur juga menjadi salah satu teman terbaik baginya setelah kesunyian.
Alasannya sederhanya. Mimpi. Sebagian orang mungkin akan tertawa jika mendengar bahwa Leyra adalah seorang gadis yang senang bermimpi di kala tidur. Mungkin lebih dari sekedar senang. Ia hobby. Leyra selalu menanti-nantikan kedua matanya terpejam. Tidur. Kemudian berpetualang di alam mimpi.
Sejak tubuhnya terbaring lumpuh, ia tak pernah bisa menginjakkan kaki untuk melangkah ke mana pun. Hanya ketika berada di dalam mimpi, ia dapat berjalan, belari, terbang, dan merasa hidup. Mimpi memberinya kekuatan dan keberanian untuk menghadapi hari esok.
Ia ingin hidup di dalam mimpi. Menjadi ratu atas sebuah negeri. Terbang bebas di langit yang bersih.
Mimpi. Mimpi. Mimpi.

*   *   *

Mimpi buruk, tentang Nenek Sihir
Suatu hari seorang gadis berada di hutan, tertawan dalam sebuah rumah yang dipenuhi dengan berbagai aroma tak sedap. Kedua tangannya terikat. Pakaiannya tampak kumal dan lusuh. Entah sudah berapa lama ia berada di rumah itu.
 Dilihatnya ada sebuah tungku dengan periuk besar di atasnya. Ia meninggikan leher, mencoba melihat apa yang tengah dimasak di dalam periuk itu. Ia melihat sesuatu. Awalnya ia tidak yakin, tapi kemudian ia terkejut ketika melihat kepala seekor kucing menyembulkan ke atas.
Ia ketakutan dan mencoba melepaskan tangannya dari tali yang mengikat. Terdengar pula olehnya suara tawa yang mengerikan. Suara tawa seorang nenek. Suara itu berasal dari ruang bawah tanah. Kemudian suara lain menyusul. Terdengar suara pukulan, dan berakhir dengan suara lengkingan seekor kucing. Tawa nenek itu terdengar lagi. Begitu menakutkan.
Gadis itu berusaha keras melepaskan tangannya. Dan beruntung, tali itu melonggar dan ia terlepas. Ia berdiri perlahan dan melihat pintu keluar. Ia berjalan dengan hati-hati dan keluar dari rumah itu.
Ia berlari secepat mungkin, menjauh dari rumah itu. Suara-suara hutan berkeliaran di sekitarnya. Ia tidak peduli. Ia tidak ingin tertangkap oleh nenek itu. Namun sayang, nenek itu mengetahui pelariannya. Ia bergegas mengejar gadis itu. Nenek tua itu bergerak amat cepat, menyusul si gadis.
Gadis itu sempat menoleh ke belakang. Mencoba melihat rupa dari sang nenek. Nenek itu mengenakan jubah hitam robek-robek, dengan topi kerucup di kepalanya. Biasa dikenal, Nenek Sihir.
Gadis itu berlari lebih cepat. Ia semakin takut. Tapi tiba-tiba, sesuatu yang besar menghadangnya dari depan. Makhluk raksasa mirip manusia, bermata satu, dengan tubuh berwarna hijau. Suara makhluk itu terdengar sangat mengerikan. Ia mengerang dan berteriak.
“Mau lari ke mana kau gadis kecil! Kemarilah! Nenek ingin memakanmu!” Teriak si nenek di belakang sana, disusul tawanya yang khas.
Gadis itu semakin ketakutan. Ia berlari ke arah lain, menghindar dari makhluk raksasa hijau dan nenek sihir pemakan anak-anak. Ia tidak tahu ke mana kaki itu akan membawanya, dan kapan pelariannya akan berakhir. Yang ia mau adalah terlepas dari nenek sihir.
Ia berlari. Terus berlari. Keringat mengucur di sekujur tubuhnya.

*   *   *

Leyra terbangun dari tidurnya. Dirasanya sebuah kain hangat menyapu keringat di dahinya. Ia melihat ibu duduk di tepi ranjang, sedang ayah memperhatikannya dengan raut wajah sedih. Terlihat pula seorang laki-laki berdiri di samping ayah, mengenakan blazer putih dan stetoskop yang menggantung di lehernya. Orang-orang menyebutnya dokter. Seseorang yang ahli dalam mendeteksi penyakit dan meramu obat untuk menyembuhkan sakit pasien. Tapi anehnya, mereka tidak dapat mendeteksi penyakit apa yang membuat seorang gadis memiliki hobby bermimpi.
“Ibu, kenapa ada dokter di sini?” tanya Leyra.
Ibu tersenyum sambil menggelengkan kepala, “Tidak ada apa-apa. Istirahat saja.”, ucapnya mencoba meyakinkan Leyra kalau semuanya baik-baik saja. Kemudian ayah dan dokter itu pergi meninggalkan kamar Leyra.
Maudy mendekati sisi lain ranjang Leyra. Ia duduk di dekat kepalanya, kemudian mendaratkan elusan lembut di kepala Leyra. Kedua adiknya turut duduk di samping Maudy. Mereka memijit-mijit pelan tangan Leyra.
“Maaf ya, kakak jarang punya waktu buat nemani kamu.” Suara Maudy terdengar berat.
“Sakit ya, kak?” tanya Mucika, anak ketiga dalam keluarga itu.
“Galih sayang kakak!” ucap si bungsu.
Aneh, rasanya Leyra merasa sangat lelah. Ia tak mampu mengeluarkan suara. Ia hanya bersuara melalui senyuman, diiringi air mata. Entah kenapa, ia merasa begitu bahagia.
Ayah tampil kembali. Ia duduk di samping ibu, kemudian memegang tangan Leyra yang terasa dingin. Semuanya ada di kamar itu. Ada ayah, ibu, kak Maudy, Mucika, dan Galih. Itu adalah hal yang selama ini dirindukan Leyra. Berkumpul bersama keluarga yang dicintainya.
Sempat ia teringat mimpi sesaat sebelum ia terbangun. Mimpi buruk. Dikejar seorang nenek sihir dan makhluk raksasa hijau. Harapan terbesarnya sudah terpenuhi, dan kini tinggal satu. Mimpi indah.
Kini ia siap untuk beristirahat. Siap untuk memejamkan mata. Siap untuk petualangan baru di alam mimpi. Siap untuk berjalan, berlari. Terbang di angkasa maha raya. Menjadi ratu atas sebuah negeri yang indah.

Mata terpejam..

*   *   *

Mimpi indah, tentang dongeng Putri Leyra
Seorang gadis terbangun dari tidurnya. Ia berada di atas sebuah ranjang yang megah, di dalam ruangan besar yang indah. Ia turun dari ranjangnya dan berjalan menuju kaca rias yang besar. Ia memandangi paras dirinya yang mengenakan gaun tidur yang cantik. Ia menyisir lembut rambut coklatnya yang indah. Terpancar sinar kelembutan dari manik matanya yang berwarna cokelat. Ia adalah seorang tuan putri. Putri Leyra.

*   *   *

Suatu kali putri Leyra berjalan di koridor istana dan tak sengaja melihat pintu kamar kakaknya, putri Maudy, tidak tertutup rapat. Ia berjalan mendekati pintu itu dan mengintip melalui calahnya. Matanya menangkap sesuatu yang begitu menakjubkan. Ia melihat kakaknya melayang di udara.
Putri Leyra buru-buru masuk untuk memastikan kalau penglihatannya tidak salah. Dan ternyata benar, kakaknya sedang melayang di udara. Sang kakak begitu terkejut melihat kedatangan adiknya. Ia bergegas mendaratkan kakinya dan berlari menutup pintu kamar. Ia mendekati Leyra dan mengatakan sesuatu.
“Kamu harus merahasiakan hal ini, sampai waktunya tiba.” kata putri Maudy.
 “Apa maksud kakak? Dan kenapa kakak bisa terbang?”, ia bertanya.
“Sudah waktunya kamu tahu rahasia keturunan keluarga kita. Keturuan dari ayah, memiliki kemampuan yang istimewa, yaitu dapat terbang. Sejak dahulu, yang boleh menduduki tahta raja di negeri ini hanya keturunan asli dari ayah, dan keturunan itu harus memenuhi persyaratan. Syaratnya, dapat terbang.”
“Itu artinya, jika ayah meninggal, maka kakak akan menggantikan kedudukannya?”
Tiba-tiba pengawal menerobos masuk dan menyampaikan suatu berita yang mengejutkan.
“Putri, raja telah meninggal!”
Leyra dan Maudy sangat terkejut. Mereka bergegas lari menuju kamar raja. Dan ternyata benar, ayah mereka telah meninggal. Sementara itu para menteri bertanya-tanya kepada ratu tentang pewaris tahta berikutnya.
“Aku yang akan menggantikan kedudukan raja.” ucap Putri Maudy. Dan saat itu pula ia menunjukkan kemampuannya. Ia melayang di udara. Dan semua orang yang ada di dalam kamar itu segera memberi hormat padanya. Putri Maudy menjadi ratu atas negeri besar itu.
Namun sayang, setelah ia menduduki tahta raja, semua berubah. Ia memerintah dengan kejam. Ia menjadi ratu yang angkuh. Rakyat sangat takut padanya dan para menteri membencinya. Ibu sudah berusaha memperingatkannya, tetapi hal itu percuma.

*   *   *

Suatu malam putri Leyra merenung di kamarnya. Ia kecewa dengan perilaku sang kakak yang berubah sejak menduduki tahta raja. Ia kelihangan sosok kakak yang dikenalnya. Entah kenapa terlintas sesuatu di pikirannya saat itu. Bagaimana jika suatu waktu kakaknya meninggal. Siapa yang akan menggantikan. Jika tidak ada satu pun dari antara dia atau kedua adiknya yang dapat terbang, maka para menteri akan mencari pengganti dari keturunan kakeknya yang lain. Jika hal itu terjadi, maka ia beserta ibu dan adik-adiknya akan diusir dari istana.
Leyra tidak mau hal itu terjadi. Maka ia mencoba untuk terbang. Ia meyakinkan diri, dan percaya kalau ia dapat terbang seperti sang kakak. Dan benar saja, kakinya terangkat dan ia melayang di udara. Ia mencoba bergerak ke sisi-sisi ruangan. Ia begitu senang, dan ia menorehkan sumpah di hatinya, ia akan menjadi pemimpin yang baik.

*   *   *

Suatu hari para dayang memberitahu ia dan ibunya, kalau ratu Maudy mengurung diri di kamarnya. Sudah beberapa hari ia tidak mau keluar dan tidak mau makan. Leyra dan ibunya menjadi cemas. Mereka pergi ke kamar Maudy. Maudy terlihat mengenakan gaun tidur berwarna putih. Ia duduk di atas meja di dekat jendela. Memandang ke langit. Wajahnya tampak pucat. Ia terlihat sedih. Tak lama, akhirnya ratu Maudy jatuh sakit dan ia meninggal dunia.
Kabar kematiannya segera terdengar di seluruh negeri. Rakyat mulai sibuk membicarakan pemimpin berikutnya. Para menteri berniat mengangkat keturunan lain dari raja terdahulu untuk menjadi pemimpin berikutnya. Dan hal itu membuat ibu Leyra ketakutan. Jika hal itu terjadi, maka ada kemungkinan mereka akan dibunuh oleh penguasa berikutnya, untuk menghindari kembalinya tahta ke tangan keturunan ayah mereka.
Maka, Leyra memanggil ibunya dan seluruh menteri. Di hadapan mereka semua, ia menunjukkan kemampuannya. Ia melayang di udara. Dan tiba-tiba cahaya mengitari tubuhnya.
“Aku akan meneruskan tahta ayahku.”
Saat itu juga para menteri memberi hormat padanya. Leyra segera dinobatkan menjadi ratu negeri itu. Para dayang berbondong-bondong datang ke kamarnya. Mereka merias wajahnya dan mengenakan gaun yang indah pada tubuhnya.
Ia naik ke atas tandu yang megah dan dibawa menuju kursi tahta. Sesaat sebelum duduk, ia melayang di udara dan membentangkan kedua tangannya. Dan seketika, istana riuh dengan sorak-sorai.
“Hidup ratu Leyra!”
Sejak saat pemerintahan Leyra, situasi di negeri itu berubah. Ratu Leyra memimpin dengan bijaksana. Ia seorang yang penuh kelembutan, rendah hati, hidup dalam kesederhanaan, dan memperhatikan hidup rakyatnya.

*   *   *

Mata itu terpejam..
Leyra menjadi ratu di negeri alam mimpi. Selamanya..


15 Maret 2013

P. Sandra D.     

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images