Cerpen "Allena"
22.10
Allena
Rebecca
Alena. Yach… Itulah nama lengkap dari gadis manis, bermata coklat
bening, rambut hitam lurus di bawah bahu, dan tinggi semampai itu. Tapi
gadis yang baru memasuki usia 12 tahun itu lebih akrab dipanggil dengan
Allena. Tahun ini adalah hari pertama Allena memasuki bangku SMP.
Seperti
sekolah-sekolah pada umumnya, dihari pertama biasanya semua siswa dan
siswi baru berkumpul di lapangan untuk mendengar pengarahan, sekaligus
pengumuman pembagian ruangan kelas. Tapi Allena yang terlalu bosan
mendengarkan, mulai memalingkan kepalanya ke sana dan ke mari, mencoba
mencari seseorang yang ia kenal.
Tapi
tak sengaja Allena melihat seorang anak cowok yang memiliki paras yang
begitu menarik, wajah yang manis, rambut hitam yang ditata dengan keren,
serta penampilannya yang sopan dan menawan, membuat Allena tak sadar
kalau sudah memperhatikan anak cowok itu untuk beberapa lama.
Ketika
sadar kalau pandangannya sudah terpaku untuk beberapa lama, Allena
langsung memalingkan wajahnya dan menundukkan kepalanya. Sesaat ia
merasakan hal yang aneh, jantungnya berdetak lebih kencang. Allena
tertegun untuk beberapa saat, hatinya mulai menerka-nerka, seperti ia
merasakan kalau hatinya sedang terpikat pada sosok anak cowok itu.
Tapi
segera Allena menghilangkan semua hal yang sedang dipikirkannya itu,
karena ini saatnya untuk mendengarkan pengumuman pembagian ruangan
kelas. Nama-nama mulai diebutkan satu-persatu, dan tanpa disadari nama
cowok yang sempat menarik perhatiannya itu disebutkan. Namun Allena tak
mengetahiunya, kerena ia sedang menunggu namanya disebutkan. Setelah
menunggu beberapa lama, akhirnya namanya disebutkan dan ia ditempatkan
diruangan 1b.
Setelah
semua nama disebutkan, kepala sekolah Gilberd Internasional School
itupun membubarkan barisan. Semua siswa bubar dari barisan dengan rapi,
dan mulai sibuk mencari ruang mereka. Allena dengan teliti memperhatikan satu-persatu kelas, dan dengan segera ia menemukan kelasnya.
Saat
masuk kedalam, Allena sedikit terkejut saat melihat anak cowok itu
sedang duduk sambil menulis sesuatu dibukunya, tepatnya ia duduk
dibangku ke dua barisan pertama, yang tak jauh dari pintu masuk kelas.
Allena mencoba mengalihkan pandangannya dari anak cowok itu, dan
mengambil lokasi duduknya. Allena duduk dibangku ketiga pada barisan
kedua, sehingga ia tepat berada tak jauh dari belakang anak cowok itu.
Kini
perhatian Allena tertuju kembali kepada sosok cowok yang manis itu.
Tapi tiba-tiba ia dikejutkan oleh seseorang yang tak asing lagi baginya
yaitu, Rachel Claudya, sahabatnya dari TK.
“Allena!!” Kejut Rachel sambil menepuk bahu Allena.
“Hah!! Rachel!! Kamu membuatku kaget!!”
“Maaf?!
Habisnya kamu melamun terus, sampai-sampai aku masukpun, kamu tidak
tahu?!” Katanya sambil duduk disamping Allena dan melepaskan tasnya.
“Maaf..”
“Oh iya! Sewaktu dibarisan tadi, aku melihat kamu celigak-celiguk kesana-kemari. Kamu sedang mencari aku, ya?!”
“Hisss! Kamu ini, sudah tau balik nanya!”
“Sorry. Tapi aku sedikit kesal sama kamu…”
“Kenapa?”
“Kamu
bukannya terus mencariku, malah asik memperhatikan anak cowok itu?!”
Kata Rachel sambil memalingkan kepalanya pada anak cowok itu.
“Huhstt!! Kamu bicara apa sich?! Jangan bicara yang ngak-ngak!!” Kata Allena dengan suara kecil.
“Nah! Benar kan?! Dari tadi kamu terus memperhatikan anak itu, sampai-sampai kamu melamun!?”
“Ahh! Aku ngak melamun, kok?!” Kata Allena ngelas.
“Jangan bohong kamu?! Kamu lamunin ynag jorok-jorok, yaa?!”
“Ihhh, Rachel! Apaan sich?!”
“Iya! Iya! Maaf dech?!”
“Ya sudah aku ngaku, aku memang agak sedikit memperhatikannya tadi…” Kata Allena dengan berbisik pada Rachel.
“Namanya Laudrie Alexza.” Bisik Rachel kembali ditelinga Sandra.
“Laudrie, ya?”
Begitulah,
Allena menjadi sedikit tenang sesuadh mengetahui nama anak cowok itu.
Siang dan malam terus berganti, Allena dan Rachel semakin akrab dengan
teman-teman mereka. Tapi tidak halnya Allena terhadap Laudrie, karena
setiap melihat Laudrie, Allena menjadi gugup. Tapi tak disangka Rachel
malah menjadi sahabat Laudrie juga.
Waktupun
kian berlalu, Allena menyadari kalau ia sudah menyukai Laudrie sejak
pandangan pertama. Ia menceritakan apa yang di rasakannya pada Rachel
dan Rachel menyuruh Allena untuk mengungkapkan isi hatinya. Tapi Allena
tak kunjung berani untuk mengungkapkan isi hatinya.
& & &
Tak
terasa waktu berjalan begitu cepat, kini Allena sudah duduk di bangku
kelas 3 SMP. Perasaannya pada Laudrie kian semakin dalam. Allena tak
bisa, mengelak kalau kini ia sudah jatuh cinta paba Laudrie.
Saat
itu hari Minggu, seperti biasa ia selalu pergi ke Gereja dan duduk
disamping teman dekatnya, Pretty Syntya. Allena sering bercerita soal
Laudrie padanya. Sesaat sebelum acara ibadah dimulai, Allena dikejutkan
oleh sosok lelaki yang tak asing baginya. Semakin diperhatikan, lelaki
itu semakin tak asing. Ternyata orang itu adalah Laudrie. Allena
langsung memberitahukan hal itu pada Syntya.
“Syntya, coba kamu lihat orang yang duduk didepan itu.” Kata Allena berbisik, sambil menunjuk kecil kearah Laudrie.
“Yang man?”
“Itu?! Laki-laki yang duduk dua baris didepan kita dan duduk paling pinggir sebelah kanan.”
“Ohh… Kenapa rupanya dengan orang itu?”
“Itu Laudrie, yang sering aku ceritan sama kamu.”
“Benahkan?”
Syntya memperhatikan Laudrie agak lama. Tak disangka dia tertarik
padanya. “(Manis juga… Apa aku coba saja dengannya ya? Lagiankan Josh
lagi diluar kota, dan lagi pula aku kurang cocok dengan Josh… Mungkin sebaiknya aku cepat, sebelum keduluan sama Sandra.)” Syntya berkata dalam hatinya sambil melamun.
“Syntya? Syntya?” Kata Allena sambil melambaikan tangannya didepan wajah Syntya.
“Yach! Ada apa?!” Katanya segera tersadar dari lamunannya.
“Bagaimana dia menurut kamu?”
“Manis sich?! Karen…. Tapi kayaknya nggak cocok dech dama kamu.”
“Kenapa?”
“Gak tau! Menurut aku nggak cocok aja!”
Allena
dia saat Syntya berkata begitu padanya, padahal kalau Rachel malah
selalu berkata sebaliknya. Ibadahpun dimulai, saat selesai Allena
menjumpai Laudrie hanya untuk sekedar mengucapkan salam. Tapi, Syntya
memperkenalkan dirnya sambil menjulurkan tangan kanannya. Laudrie
menyambut tangannya, kemudian memperkenalkan kembali dirinya. Allena
yang melihat tingkah Syntya itu sama sekali tidak menaruh curiga.
Kini
tak terasa Allena dan Rachel sudah duduk dibangku SMA, dan mereka terus
bersama. Tapi tidak dengan Laudrie, karena Laudrie tidak satu sekolah
dengan mereka. Meski begitu perasaan cinta Allena pada Laudrie sama
sekali tidak berubah, malah semakin dalam.
Tapi
hal yang tidak disangka-sangka malah terjadi. Snytya yang sudah
dianggap Allena sebagai teman baiknya, malah diam-diam menjalin hubungan
dengan Laudry. Padahal Snytya tahu kalau Allena sangat mencintai
Laudrie. Ketika ia mengetahui perbuatan Syntya itu, ia merasa sangat
sedih dan ia sangat membenci Syntya. Tapi Rachel menyuruh Allena untuk
bersabar, karena suatu saat nanti Laudrie pasti akan tahu kalau Allena
mencintainya. Nasihat itu membuat Allena berhenti perlahan-lahan
membenci Syntya. Dan kini ia kembali menanti Laudrie.
Tak
terasa Allena dan Rachel sudah duduk dibangku kelas 2 SMA. Tapi tak
disangka hal yang menyedihkan menimpa dirinya. Allena terserang liukimia
yang akud. Orang tua Allena memintanya untuk oprasi, tapi Allena tidak
memberi bersedia. Ia terpaksa menjalani hari-harinya dengan memakan
obat-obatan dan terkadang ia harus dirawat inap dirumah sakit.
Saat
pulang sekolah, Rachel selalu menemani Allena. Allena selalu berpesan
pada Rachel agar jangan memberitahukan keadaannya pada teman-temannya
termasuk juga Laudrie. Dalam
setahun Allena sempat tidak hadir disekolah sampai dua bulan. Tapi itu
tidak membuat prestasinya menurun, ia tetap menjadi juara kelas. Hal itu
bisa terjadi karena Rachel membantunya belajar.
Ditempat lain, Laudrie dan Syntya sedang bertengkar.
“Kenapa Laudrie?! Kenapa ingin putus?!”
“Maaf Syntya. Tapi aku tidak pernah menyukai kamu.”
“Tapi kenapa?! Padahal aku begitu menyukai kamu! Apa karena Josh?! Aku rela melepaskannya untuk kamu! Tetaplah bersamaku?!”
“Kamu
benar-benar perempuan yang menyedihkan Syntya. Padahal Josh begitu
tulus menyayangi kau, tapi kamu meninggalkannya hanya karena kau lebih
menyukaiku. Kini aku meninggalkanmu demi orang yang kusayang. Selamat
tinggal.” Laudrie pergi meninggalkan Syntya.
& & &
Dua
tahunpun telah berlalu, penyakit Allena kini sudah tidak bisa
disembuhkan lagi. Ia hanya punya waktu beberapa saat lagi. Meski begitu,
Rachel selalu setia menemani Allena.
Pagi itu kira-kira pukul 5.00 pagi, Allena terbangun dari tidurnya. Ia membangunkan Rachel yang ada disampingnya.
“Rachel?” Kata Allena memanggil Rachel yang sedang tidur.
“Emm… Ada apa Allena?” Kata Rachel segera membangunkan dirinya.
“Bisa tolong ambilkan selembar kertas dan pulpen untukku”
“Tunngu sebentar, ya?”
Dengan
segera Rachel mengambilkan kertas dan pulpen dan memberikannya pada
Allena. Allena mengangkat sedikit badannya dan menyandarkan badannya.
Allena mulai menuliskan seuntai yang puisi yang begitu dalam mewakili
perasannya. Setelah selesai, Allena melipat kertas itu dan memberikannya
pada Rachel.
“Rachel tolong kamu berikan ini pada Kevin, ya?”
“Sekarang juga?”
“Iya. Bolehkan?”
“Tentu?!” Katanya dengan senyum.
“Maaf sudah merepotkan kamu selama ini, ya?”
“Tidak apa-apa. Aku sangat senang membantu sahabat yang baik seperti kamu.
Allena
hanya tersenyum, sedang Rachel segera pergi kerumah Kevin dengan
mobilnya. Allena kembali berbaring dan ia melihat pemandangan diluar
jendela yang masih terlihat gelap, ia mencoba melihat bulan dan bintang
yang masih tampak. Setelah merasa agak lelah, Allena memejamkan matanya,
terbayang olehnya wajah Laudrie, Allena mulai meneteskan air matanya.
Sedang Rachel dengan cepat mengendarai mobilnya menuju rumah Kevin.
Saat
Rachel tiba, Laudrie sedang berada di luar rumahnya. Dengan segera
Rachel memberikan kertas itu pada Laudrie. Laudrie membukanya dan
membaca isinya.
Tak Tersampaikan
Di dalam hatiku, hanya kamu seorang.
Kasihku hanya untuk kamu seorang.
Cinta tulusku, untuk dirimu seorang.
Di dalam setiap nafasku,
terhela namamu.
Di setiap langkah kakiku,
hanya ingin melangkah menuju dirimu..
Tapi…
Kasih tak terungkapkan..
Cinta tak tersampaikan..
Seuntai kata tak pernah terucapkan..
Kata maaf tak sempat dikatakan..
Hingga…
Pagiku penuh kabut..
Hatiku kesepian..
Senjaku menjadi kelabu..
Waktuku berhenti berputar..
Dari Allena untuk Laudrie.
Seketika
itu juga Laudrie meneteskan air matanya. Ia segera meminta Rachel untuk
membawanya menemui Allena. Segera Rachel membawa Kevin untuk menemui
Allena. Setibanya dirumah sakit, Rachel segera berlari membawa Kevin
keruangan Allena. Dan setibanya diruangan Allena, Laudrie langsung
berlari mendapatkan Allena. Ia duduk disamping Allena sambil menggenggam
tangan Allena. Tapi keadaan Allena semakin melemah.
“Laudrie..” Kata Allena dengan suara yang lemah.
“Allena..
Maafkan aku, tak pernah tahu isi hati kamu. Maafkan aku yang tak pernah
memberi tahu kamu kalau aku sangat mencintai kamu.
Sejak
dari kita pertama berjumpa, aku selalu memperhatikan kamu diam-diam.
Dan bahkan sampai saat ini, dihatiku hanya ada nama Allena seorang. Tak
ada orang lain yang mampu bertahan dihatiku kecuali kamu, Allena?...
Maafkan aku sudah membuat kamu menunggu selama ini…”
“Tak ada yang perlu dimaafkan Laudrie, begini saja sudah cukup untukku. Kini aku bisa pergi dengan tenang…”
“Allena… Dikehidupan mendatang aku berjanji, tidak akan membuat kamu menunggu. Aku berjanji..”
Allena
tersenyum puas. Nafas terakhir telah dihembuskannya. Allena tertidur
dengan tenang, wajahnya memancarkan senyum yang damai.
Matahari
pagi mulai muncul, cahayanya menyinari wajah Allena dan seiisi ruangan.
Sinar matahari seakan mengiringi jalannya menuju tempat yang paling
damai.
Original by: Puspita Sandra Dewi
Hahahaha!!! Ini cerpen yang kutulis sewaktu masih SMP. Gak nyangka, bahasa yang kugunakan dulu dengan sekarang, jauh berbeda. Lucu, setiap kali membaca cerita-cerita lama yang kutulis.
^_^
0 komentar