Delora tersenyum
bahagia menerima pesan berisi undangan jamuan makan malam dari seorang lelaki
yang telah lama ia kagumi. Ragai seorang mahasiswa multitalenta yang aktif
bergerak di bidang musik dan olahraga di kampus mereka. Delora jatuh hati pada
Ragai saat pertama kali melihat pria itu menarikan jemarinya dengan lincah di
atas tuts-tuts piano di ruang latihan musik. Ragai begitu menghayati alunan
nada yang dibunyikannya melalui tuts piano. Penghayatannya membuai Delora dalam
sensasi kagum. Ia selalu duduk di bangku terdepan setiap kali Ragai tampil
dalam sebuah orkestra.
Kebiasaannya mengamati
bahkan menunggui Ragai hingga selesai berlatih piano menjadi awal mula kisah
ini. Ah, kita belum berkenalan dengan Delora. Gadis manis ini adalah seorang
ballerina berbakat yang berhasil mencuri perhatian banyak orang. Namun tak
sesepektakuler penampilannya saat di panggung, Delora dikenal sebagai gadis
culun dengan kacamata bulat membingkai matanya. Gaya culunnya di kehidupan
sehari-hari malah menambah jumlah angka penggemarnya. Setiap pengagumnya tak
sabar menanti bagaimana nantinya Delora akan mengejutkan mereka dengan tarian
indahnya atau dengan sedikit perubahan gaya busana ditambah polesen tipis makeup. "Delora! Delora! We love
you!" Kalimat itu selalu menghujaninya saat tampil di panggung.
Suatu sore, seperti
biasa, Delora dengan setia mengamati Ragai bermain piano. Sore itu ia memainkan
sebuah melodi baru, yang belum pernah didengar Delora sebelumnya. Sepertinya
Ragai sedang mencoba mengkomposisikan beberapa lagu menjadi satu. Melodi
yang indah. Kaki Delora mulai mengetuk-ngetuk lantai, tangan kanannya
mengayun perlahan. Ia memejamkan mata, mengijinkan alunan indah itu mendekap
jiwanya. Instingnya tergelitik, tubuhnya ingin bergerak mengikuti irama itu.
Dan tak sadar, Delora mulai menari gemulai. Beberapa mahasiswa diam-diam
memperhatikan Delora dari jauh, sebagian mulai merekam aksi indah gadis itu.
Tidak satu pun ingin muncul sekarang, mengejutkan Delora, dan membuat gadis itu
berhenti menari. Musik indah Ragai berpadu harmoni dengan tarian Delora.
Di tengah
keseriusannya Ragai mendengar suara lain selain suara piano. Hentak kaki
yang berirama. Ia membuka mata dan mendapati bayangan Delora yang sedang
menari di luar ruangan terpantul dalam cermin besar di ruangan itu. Ragai tak
ingin menghentikan permainan pianonya. Liuk gemulai Delora menyedot isi
kepalanya. Dengan senyum tersungging, Ragai mencoba bermain dengan nada-nada
lain. Sedikit lembut, melambat, mulai licah, dan keras. Delora mengekspresikan
setiap perubahan irama itu dengan tariannya. Luar biasa. Ragai
menghentikan permainan pianonya, dan sebelum gadis itu kabur, ia berlari secepat
mungkin mengejar sosok Delora.
"Hai," Ragai
menyapa. Rambut mengombak Delora yang tergerai, kacamata bulatnya yang culun,
rok satin kembang berwarna biru dengan corak bunga, keringat yang mengucur di
dahinya, tak menghilangkan pesona Delora.
"Hai," ia
terlihat malu.
"WUUUUUU! KERENN!
WE LOVE YOU DELORA!" Tiba-tiba
semua orang yang sedari tadi mengamati Delora muncul dengan tepuk tangan yang
riuh. Delora beberapa kali membungkuk sambil mengucapkan terima kasih.
"Ini," Ragai
menyodorkan sapu tangannya. "Kamu keringatan." Ragai tersenyum ramah.
Delora menerima sapu
tangan itu, "Terima kasih," ia menyeka keringatnya dengan malu.
"Tarian kamu
indah. Kamu jenius."
"Terima
kasih," Delora hampir berlari menceburkan dirinya ke kolam mendengar
pujian yang datang dari Ragai.
"Ragai,"
Ragai mengulurkan tangan kanannya.
"Delora,"
Delora menyambut jabat tangan Ragai.
Kedunya saling
menatap, memberi senyum, dan terkagum-kagum satu sama lain. Mereka jatuh cinta.
*
Aku Cinta Kamu
Delora segera
mempersiapkan diri dan dandanannya setelah menerim pesan ajakan makan malam
dari Ragai. Ia melepas setelan culunnya, berubah menjadi gadis manis yang modis
dan anggun. Penampilannya bahkan membekukan Ragai untuk sesaat. Tapi Ragai
segera tersadar saat ingat tujuannya mengundang Delora ke restoran itu. Musik
mengalun indah. Ragai menggenggam tangan kanan Delora, menuntunnya ke tengah ruangan.
Orang banyak memperhatikan mereka. Berikutnya ia berlutut di depan Delora.
Setangkai mawar putih ia tarik dari balik punggungnya, mengangkatnya di hadapan
Delora.
"Delora. Aku
jatuh cinta sama kamu. Bolehkah aku hadir dalam hari-harimu?"
Delora bagai tersengat
listrik. Terkejut bukan main. Ini yang telah ia nantikan selama ratusan hari.
Bahagianya tak terungkapkan. Ait mata menjadi saksi betapa tulus ia menanti
Ragai selama ini.
Delora menerima mawar
putih itu. "Aku juga mencintai kamu." Ia tersenyum bahagia.
Ragai bangkit berdiri
dan meraih Delora dalam peluknya. Restoran itu dipenuhi tepuk tangan dan sorak.
*
Suatu hari Delora
mendatangi kontrakan Ragai sambil menangis tersedu-sedu. Di pipinya tergambar
bekas tangan. Seseorang menamparnya dengan tuduhan 'perebut tunangan orang'.
"Kamu kenapa Sayang?" Ragai
mengelus pipi Delora yang hangat bekas tamparan itu.
"Kamu bohong!
Kamu sudah bertunangan! Michaila tunangan kamu kan! Dia bilang ini semua karena
aku! Kamu bohong!" Delora memukul dada Ragai.
"Del! Pertunangan
kami sudah lama dibatalkan, jauh sebelum aku kenal sama kamu! Kami udah gak ada
hubungan apa-apa lagi!"
"Kamu
bohong!" Delora masih memukuli dada Ragai.
Ragai menarik gadis
itu dan memeluknya erat. "Aku cinta kamu Del. Percaya aku. Aku cuma cinta
kamu."
Delora meluapkan semua
tangisnya di dada Ragai. Ia diperlakukan begitu memalukan hari ini. Di depan
banyak orang, Michaila mengatainya sebagai gadis murahan dan gampangan. Belum
lagi tamparan itu.
()
"Jangan menangis Delora. Michaila pasti
akan menyesali perbuatannya suatu saat nanti." Seseorang menyemangati
Delora malam itu, sebelum ia terlelap dalam ingatan pilunya di hari memalukan
itu.
()
ORANG HILANG.
MICHAILA, 23 TAHUN.
TINGGI BADAN 160, KULIT PUTIH LANGAT.
TERAKHIR TERLIHAT MENGENAKAN KAOS COKLAT DAN
JINS.
SIAPA SAJA YANG MELIHAT ATAU MENEMUKAN ORANG
TERSEBUT, HARAP MELAPOR KE KANTOR POLISI TERDEKAT
*
Kamu yang Terakhir
Sore itu Ragai meminta Delora datang ke sebuah
gudang tua. Awalnya Delora menolak, namun Ragai berhasil membujuknya. Dengan
alasan, ia pernah melakukan uji nyali bersama teman-temannya di gudang itu dan
Ragai kehilangan sebuah benda penting di sana saat suara kucing mengejutkan mereka. Ia ingin Delora
menemaninya mencari benda itu.
Matahari
belum terbenam saat Delora tiba di area gudang tua itu. Ia bergegas ke tempat
itu setelah selesai latihan ballet. Namun ia mulai takut ketika tak melihat
sosok Ragai di sana. Tempat itu sangat sepi. Delora mencoba menghubungi ponsel
Ragai. Anehnya suara ponsel Ragai terdengar dari dalam gudang itu. Delora
menggedor pintu gudang sambil berteriak memanggil nama Ragai. Ia terus berusaha
menghubungi Ragai, tetapi nihil. Delora mulai cemas. Ia khawatir Ragai dalam
bahaya. Dengan sekali tendangan, Delora mendobrak pintu gudang itu.
“SURPRISE!!” Lampu menyala begitu terang.
Potongan-potongan plastik manila emas berhamburan di udara. “HAPPY BIRTHDAY TO YOUU..” Lagu ulang
tahun dinyanyikan untuknya oleh teman-teman kampus.
“Selamat ulang tahun Sayang,”
Delora
bergeleng seakan tak percaya pada kejutan itu. Berikutnya Ragai mengeluarkan
sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak cincin. Ia membuka kotak itu di depan
Delora. “Delora. Aku lelah mencari dan aku ingin berhenti mencari. Kamu adalah
yang terakhir. Maukah kamu menikah denganku?”
Delora
meneteskan air mata bahagia. Ia tak menyangka bahwa Ragai benar-benar serius
mencintainya. Ia tak mampu berkata apa pun. Hanya anggukan kecil, menjawab pertanyaan besar
Ragai. Ragai meraih tangan kiri Delora dan menyematkan cincin cantik itu di
jari manisnya. Delora langsung memeluk erat lelaki itu.
*
Suatu
malam Delora bergerak menuju rumah Ragai. Ia membawa sebuah kotak musik buatan
tangannya sebagai hadiah kejutan ulang tahun Ragai hari itu. Ia sengaja tidak
memberi kabar apa pun
pada Ragai hari itu, membuat Ragai berkali-kali bertanya melalui pesan,
berkali-kali meneleponnya, tetapi Delora sengaja
mengabaikan semua itu demi kejutan besarnya.
Ia
memarkirkan roda empatnya sedikit jauh dari rumah Ragai dan selebihnya berjalan
kaki. Namun pemandangan di depan rumah Ragai menghancurkan hatinya. Jantungnya
hampir berhenti berdetak saat melihat lelaki
itu bercumbu dengan seorang
wanita. Sahabatnya sendiri. Air matanya jatuh.
Tapi
ia telah sampai di sana. Hadiah itu ia buat dengan tulus. Meski sakit, Delora
melanjutkan langkahnya dengan kepala tertunduk, tak sudi melihat kemunafikan
itu.
“Ragai.”
Ragai tersentak kaget mendengar suara Delora. Ia tidak mendengar langkah kaki
wanita itu.
“Delora?!
Sory! Ini gak seperti yang kamu
bayangin!” Dima mencoba berdalih.
Delora
mengabaikan Dima. Ia menyerahkan kado ulang tahunnya pada Ragai. “Selamat ulang
tahun ya, Sayang.”
Ragai
tak mampu berkata apa pun, barang sekedar membela dirinya. Ia hanya bisa
melihat punggung Delora yang pergi semakin menjauh. Delora hancur bagai
kepingan cermin. Tangisnya
pecah di dalam kamar. Jantungnya bagai dihujam ratusan jarum. Ia sungguh
terluka.
()
“Delora.. Aku ngerti
perasaan kamu. Jangan menangis lagi ya. Aku gak kuat ngeliat kamu begini.
Tenang aja, Ragai pasti akan kembali sama kamu kok. Dima pasti akan menyesali
perbuatannya.”
()
BERITA TERKINI.
DIMA, BERUSIA 24 TAHUN,
DITEMUKAN TEWAS DI KAMAR MANDI SEBUAH MALL. IA KEHILANGAN BANYAK DARAH AKIBAT SAYATAN FATAL DI KEDUA NADI PERGELANGAN TANGANNYA. POLISI MASIH
TERUS MENYELIDIKI KASUS INI.
*
Kita Jalan Sendiri Dulu
Berminggu-minggu
Delora menunggu kabar dari Ragai, namun lelaki itu seakan bungkam sejak
kejadian malam itu. Delora mencoba menghubungi Ragai namun tak pernah ada
jawaban, pesan-pesannya juga
tak di balas. Ragai bahkan tak lagi muncul di kampus, seakan menghilang. Delora
mencoba paham, mungkin Ragai sedang menyesali perbuatannya. Ia tetap setia
menanti lelaki itu. Meski telah terluka, Delora masih memiliki ruang yang cukup
luas dalam hatinya untuk menerima kata maaf Ragai.
Hampir
dua bulan Ragai menghilang dari kampus. Delora mulai cemas, ia tidak akan
sanggup jika mengetahui lelaki yang dicintainya berada dalam keadaan kurang
baik. Tanpa pikir panjang, sore itu Delora menuju rumah Ragai. Benar saja,
Ragai mengurung diri di rumah. Keadaanya sangat menyedihkan. Mereka bicara di
depan pintu.
“Delora?
Ngapain kamu ke sini?”
“Aku
takut kamu kenapa-napa. Aku benci kamu berbohong soal hubungan kamu dengan
Dima-“
“Stop Del! Aku minta maaf udah bohong
sama kamu. Tapi aku juga gak bisa bohong, kalau aku jatuh hati sama Dima. Dan
sekarang.. Dima udah gak ada. Dan itu semua karena kamu! Maaf Del, baiknya kita
jalan sendiri dulu.” Ragai meninggalkan Delora di sana dan masuk ke rumahnya.
Dengan
langkah sendu, Delora meninggalkan rumah Ragai. Aku ingin mati.
*
Ragai
merasakan denyut yang teramat sangat di kepalanya. Saat membuka mata ia
mendapati dirinya telah terikat kuat di sebuah kursi besi yang terpaku mati di
lantai. Aroma bensin tercium dari tubuhnya. Ia ingat di mana ia berada. Itu
gudang yang sama ketika ia melamar Delora.
Delora
tampil di sana, berdiri tak jauh di depan Ragai.
“Delora!
Itu kamu kan!? Tolong aku, Del!”
"Delora? Dia
tidak di sini. Dia sedang tidur, lelap di dalam keterpurukan atas kebohongan yang kamu lakukan. Panggil aku Delazar.
Selamat tinggal."
Sisi
lain Delora itu berpaling, berjalan menjauh dari Ragai. Ia memantik sebatang
korek api, melemparkannya ke belakang. Membiarkan api tersulut menjilat sesosok lelaki di belakang sana yang
melukai jiwanya.
[]
P. Sandra D.
05.09.2017