Hyde Jekyll

00.58



Delora tersenyum bahagia menerima pesan berisi undangan jamuan makan malam dari seorang lelaki yang telah lama ia kagumi. Ragai seorang mahasiswa multitalenta yang aktif bergerak di bidang musik dan olahraga di kampus mereka. Delora jatuh hati pada Ragai saat pertama kali melihat pria itu menarikan jemarinya dengan lincah di atas tuts-tuts piano di ruang latihan musik. Ragai begitu menghayati alunan nada yang dibunyikannya melalui tuts piano. Penghayatannya membuai Delora dalam sensasi kagum. Ia selalu duduk di bangku terdepan setiap kali Ragai tampil dalam sebuah orkestra.
Kebiasaannya mengamati bahkan menunggui Ragai hingga selesai berlatih piano menjadi awal mula kisah ini. Ah, kita belum berkenalan dengan Delora. Gadis manis ini adalah seorang ballerina berbakat yang berhasil mencuri perhatian banyak orang. Namun tak sesepektakuler penampilannya saat di panggung, Delora dikenal sebagai gadis culun dengan kacamata bulat membingkai matanya. Gaya culunnya di kehidupan sehari-hari malah menambah jumlah angka penggemarnya. Setiap pengagumnya tak sabar menanti bagaimana nantinya Delora akan mengejutkan mereka dengan tarian indahnya atau dengan sedikit perubahan gaya busana ditambah polesen tipis makeup. "Delora! Delora! We love you!" Kalimat itu selalu menghujaninya saat tampil di panggung.
Suatu sore, seperti biasa, Delora dengan setia mengamati Ragai bermain piano. Sore itu ia memainkan sebuah melodi baru, yang belum pernah didengar Delora sebelumnya. Sepertinya Ragai sedang mencoba mengkomposisikan beberapa lagu menjadi satu. Melodi yang indah. Kaki Delora mulai mengetuk-ngetuk lantai, tangan kanannya mengayun perlahan. Ia memejamkan mata, mengijinkan alunan indah itu mendekap jiwanya. Instingnya tergelitik, tubuhnya ingin bergerak mengikuti irama itu. Dan tak sadar, Delora mulai menari gemulai. Beberapa mahasiswa diam-diam memperhatikan Delora dari jauh, sebagian mulai merekam aksi indah gadis itu. Tidak satu pun ingin muncul sekarang, mengejutkan Delora, dan membuat gadis itu berhenti menari. Musik indah Ragai berpadu harmoni dengan tarian Delora.
Di tengah keseriusannya Ragai mendengar suara lain selain suara piano. Hentak kaki yang berirama. Ia membuka mata dan mendapati bayangan Delora yang sedang menari di luar ruangan terpantul dalam cermin besar di ruangan itu. Ragai tak ingin menghentikan permainan pianonya. Liuk gemulai Delora menyedot isi kepalanya. Dengan senyum tersungging, Ragai mencoba bermain dengan nada-nada lain. Sedikit lembut, melambat, mulai licah, dan keras. Delora mengekspresikan setiap perubahan irama itu dengan tariannya. Luar biasa. Ragai menghentikan permainan pianonya, dan sebelum gadis itu kabur, ia berlari secepat mungkin mengejar sosok Delora.
"Hai," Ragai menyapa. Rambut mengombak Delora yang tergerai, kacamata bulatnya yang culun, rok satin kembang berwarna biru dengan corak bunga, keringat yang mengucur di dahinya, tak menghilangkan pesona Delora.
"Hai," ia terlihat malu.
"WUUUUUU! KERENN! WE LOVE YOU DELORA!" Tiba-tiba semua orang yang sedari tadi mengamati Delora muncul dengan tepuk tangan yang riuh. Delora beberapa kali membungkuk sambil mengucapkan terima kasih.
"Ini," Ragai menyodorkan sapu tangannya. "Kamu keringatan." Ragai tersenyum ramah.
Delora menerima sapu tangan itu, "Terima kasih," ia menyeka keringatnya dengan malu.
"Tarian kamu indah. Kamu jenius."
"Terima kasih," Delora hampir berlari menceburkan dirinya ke kolam mendengar pujian yang datang dari Ragai.
"Ragai," Ragai mengulurkan tangan kanannya.
"Delora," Delora menyambut jabat tangan Ragai.
Kedunya saling menatap, memberi senyum, dan terkagum-kagum satu sama lain. Mereka jatuh cinta.

*

Aku Cinta Kamu
Delora segera mempersiapkan diri dan dandanannya setelah menerim pesan ajakan makan malam dari Ragai. Ia melepas setelan culunnya, berubah menjadi gadis manis yang modis dan anggun. Penampilannya bahkan membekukan Ragai untuk sesaat. Tapi Ragai segera tersadar saat ingat tujuannya mengundang Delora ke restoran itu. Musik mengalun indah. Ragai menggenggam tangan kanan Delora, menuntunnya ke tengah ruangan. Orang banyak memperhatikan mereka. Berikutnya ia berlutut di depan Delora. Setangkai mawar putih ia tarik dari balik punggungnya, mengangkatnya di hadapan Delora.
"Delora. Aku jatuh cinta sama kamu. Bolehkah aku hadir dalam hari-harimu?"
Delora bagai tersengat listrik. Terkejut bukan main. Ini yang telah ia nantikan selama ratusan hari. Bahagianya tak terungkapkan. Ait mata menjadi saksi betapa tulus ia menanti Ragai selama ini.
Delora menerima mawar putih itu. "Aku juga mencintai kamu." Ia tersenyum bahagia.
Ragai bangkit berdiri dan meraih Delora dalam peluknya. Restoran itu dipenuhi tepuk tangan dan sorak.

*

Suatu hari Delora mendatangi kontrakan Ragai sambil menangis tersedu-sedu. Di pipinya tergambar bekas tangan. Seseorang menamparnya dengan tuduhan 'perebut tunangan orang'.
"Kamu kenapa Sayang?" Ragai mengelus pipi Delora yang hangat bekas tamparan itu.
"Kamu bohong! Kamu sudah bertunangan! Michaila tunangan kamu kan! Dia bilang ini semua karena aku! Kamu bohong!" Delora memukul dada Ragai.
"Del! Pertunangan kami sudah lama dibatalkan, jauh sebelum aku kenal sama kamu! Kami udah gak ada hubungan apa-apa lagi!"
"Kamu bohong!" Delora masih memukuli dada Ragai.
Ragai menarik gadis itu dan memeluknya erat. "Aku cinta kamu Del. Percaya aku. Aku cuma cinta kamu."
Delora meluapkan semua tangisnya di dada Ragai. Ia diperlakukan begitu memalukan hari ini. Di depan banyak orang, Michaila mengatainya sebagai gadis murahan dan gampangan. Belum lagi tamparan itu.

()
"Jangan menangis Delora. Michaila pasti akan menyesali perbuatannya suatu saat nanti." Seseorang menyemangati Delora malam itu, sebelum ia terlelap dalam ingatan pilunya di hari memalukan itu.
()

ORANG HILANG.
MICHAILA, 23 TAHUN.
TINGGI BADAN 160, KULIT PUTIH LANGAT.
TERAKHIR TERLIHAT MENGENAKAN KAOS COKLAT DAN JINS.
SIAPA SAJA YANG MELIHAT ATAU MENEMUKAN ORANG TERSEBUT, HARAP MELAPOR KE KANTOR POLISI TERDEKAT

*

Kamu yang Terakhir
Sore itu Ragai meminta Delora datang ke sebuah gudang tua. Awalnya Delora menolak, namun Ragai berhasil membujuknya. Dengan alasan, ia pernah melakukan uji nyali bersama teman-temannya di gudang itu dan Ragai kehilangan sebuah benda penting di sana saat suara kucing mengejutkan mereka. Ia ingin Delora menemaninya mencari benda itu.
Matahari belum terbenam saat Delora tiba di area gudang tua itu. Ia bergegas ke tempat itu setelah selesai latihan ballet. Namun ia mulai takut ketika tak melihat sosok Ragai di sana. Tempat itu sangat sepi. Delora mencoba menghubungi ponsel Ragai. Anehnya suara ponsel Ragai terdengar dari dalam gudang itu. Delora menggedor pintu gudang sambil berteriak memanggil nama Ragai. Ia terus berusaha menghubungi Ragai, tetapi nihil. Delora mulai cemas. Ia khawatir Ragai dalam bahaya. Dengan sekali tendangan, Delora mendobrak pintu gudang itu.
SURPRISE!!” Lampu menyala begitu terang. Potongan-potongan plastik manila emas berhamburan di udara. “HAPPY BIRTHDAY TO YOUU..” Lagu ulang tahun dinyanyikan untuknya oleh teman-teman kampus.
  “Selamat ulang tahun Sayang,”
Delora bergeleng seakan tak percaya pada kejutan itu. Berikutnya Ragai mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sebuah kotak cincin. Ia membuka kotak itu di depan Delora. “Delora. Aku lelah mencari dan aku ingin berhenti mencari. Kamu adalah yang terakhir. Maukah kamu menikah denganku?”
Delora meneteskan air mata bahagia. Ia tak menyangka bahwa Ragai benar-benar serius mencintainya. Ia tak mampu berkata apa pun. Hanya anggukan kecil, menjawab pertanyaan besar Ragai. Ragai meraih tangan kiri Delora dan menyematkan cincin cantik itu di jari manisnya. Delora langsung memeluk erat lelaki itu.

*
Suatu malam Delora bergerak menuju rumah Ragai. Ia membawa sebuah kotak musik buatan tangannya sebagai hadiah kejutan ulang tahun Ragai hari itu. Ia sengaja tidak memberi kabar apa pun pada Ragai hari itu, membuat Ragai berkali-kali bertanya melalui pesan, berkali-kali meneleponnya, tetapi Delora sengaja mengabaikan semua itu demi kejutan besarnya.
Ia memarkirkan roda empatnya sedikit jauh dari rumah Ragai dan selebihnya berjalan kaki. Namun pemandangan di depan rumah Ragai menghancurkan hatinya. Jantungnya hampir berhenti berdetak saat melihat lelaki itu bercumbu dengan seorang wanita. Sahabatnya sendiri. Air matanya jatuh.
Tapi ia telah sampai di sana. Hadiah itu ia buat dengan tulus. Meski sakit, Delora melanjutkan langkahnya dengan kepala tertunduk, tak sudi melihat kemunafikan itu.
“Ragai.” Ragai tersentak kaget mendengar suara Delora. Ia tidak mendengar langkah kaki wanita itu.
“Delora?! Sory! Ini gak seperti yang kamu bayangin!” Dima mencoba berdalih.
Delora mengabaikan Dima. Ia menyerahkan kado ulang tahunnya pada Ragai. “Selamat ulang tahun ya, Sayang.”
Ragai tak mampu berkata apa pun, barang sekedar membela dirinya. Ia hanya bisa melihat punggung Delora yang pergi semakin menjauh. Delora hancur bagai kepingan cermin. Tangisnya pecah di dalam kamar. Jantungnya bagai dihujam ratusan jarum. Ia sungguh terluka.

()
“Delora.. Aku ngerti perasaan kamu. Jangan menangis lagi ya. Aku gak kuat ngeliat kamu begini. Tenang aja, Ragai pasti akan kembali sama kamu kok. Dima pasti akan menyesali perbuatannya.
()

BERITA TERKINI.
DIMA, BERUSIA 24 TAHUN, DITEMUKAN TEWAS DI KAMAR MANDI SEBUAH MALL. IA KEHILANGAN BANYAK DARAH AKIBAT SAYATAN FATAL DI KEDUA NADI PERGELANGAN TANGANNYA. POLISI MASIH TERUS MENYELIDIKI KASUS INI.

*

Kita Jalan Sendiri Dulu
Berminggu-minggu Delora menunggu kabar dari Ragai, namun lelaki itu seakan bungkam sejak kejadian malam itu. Delora mencoba menghubungi Ragai namun tak pernah ada jawaban, pesan-pesannya juga tak di balas. Ragai bahkan tak lagi muncul di kampus, seakan menghilang. Delora mencoba paham, mungkin Ragai sedang menyesali perbuatannya. Ia tetap setia menanti lelaki itu. Meski telah terluka, Delora masih memiliki ruang yang cukup luas dalam hatinya untuk menerima kata maaf Ragai.
Hampir dua bulan Ragai menghilang dari kampus. Delora mulai cemas, ia tidak akan sanggup jika mengetahui lelaki yang dicintainya berada dalam keadaan kurang baik. Tanpa pikir panjang, sore itu Delora menuju rumah Ragai. Benar saja, Ragai mengurung diri di rumah. Keadaanya sangat menyedihkan. Mereka bicara di depan pintu.
“Delora? Ngapain kamu ke sini?”
“Aku takut kamu kenapa-napa. Aku benci kamu berbohong soal hubungan kamu dengan Dima-“
Stop Del! Aku minta maaf udah bohong sama kamu. Tapi aku juga gak bisa bohong, kalau aku jatuh hati sama Dima. Dan sekarang.. Dima udah gak ada. Dan itu semua karena kamu! Maaf Del, baiknya kita jalan sendiri dulu.” Ragai meninggalkan Delora di sana dan masuk ke rumahnya.
Dengan langkah sendu, Delora meninggalkan rumah Ragai. Aku ingin mati.

*

Ragai merasakan denyut yang teramat sangat di kepalanya. Saat membuka mata ia mendapati dirinya telah terikat kuat di sebuah kursi besi yang terpaku mati di lantai. Aroma bensin tercium dari tubuhnya. Ia ingat di mana ia berada. Itu gudang yang sama ketika ia melamar Delora.
Delora tampil di sana, berdiri tak jauh di depan Ragai.
“Delora! Itu kamu kan!? Tolong aku, Del!”
"Delora? Dia tidak di sini. Dia sedang tidur, lelap di dalam keterpurukan atas kebohongan yang kamu lakukan. Panggil aku Delazar. Selamat tinggal."
Sisi lain Delora itu berpaling, berjalan menjauh dari Ragai. Ia memantik sebatang korek api, melemparkannya ke belakang. Membiarkan api tersulut menjilat sesosok lelaki di belakang sana yang melukai jiwanya.

[]

P. Sandra D.
05.09.2017

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images